Senin, 30 November 2015

Istiqomah Berikan kado Terindah

Masa-masa kelas XII memang selalu menjadi dilema bagi setiap pelajar SMA. Bukan hanya dibingungkan oleh Ujian Nasional yang terdengar menyeramkan, tapi juga tentang kemana kehidupan setelahnya akan mereka arahkan. Hal seperti ini pernah dialami oleh seorang alumni Madrasah Aliyah Negeri yang bernama Lilis Komariah, yang kala itu duduk di kelas XII IPA 2.
Semester pertama dikelas XII dapat ia lewati dengan lancar, meskipun hasil yang didapat tidak terlalu memuaskan karena saat itu Ia masih terfokus oleh beberapa organisasi sekolah yang Ia ikuti. Sebenarnya kala itu ia mendapat teguran dari beberapa guru agar berhenti mengurusi organisasi dan fokus ujian nasional. Namun, Ia ingin masa berbaktinya di organisasi dapat Ia selesaikan secara tuntas dan berakhir secara baik. Meskipun banyak waktu yang tersita karena hal itu, ia tetap mampu berada di zona aman ketika raport semester pertama didapat.
Di semester kedua Ia merasakan dilema yang sangat membingungkan pikirannya. Ujian nasional sudah jadi kata tak asing bagi kelas dua belas dan Ia pun berfikir itu bukanlah sesuatu yang harus dibingungkan tapi itu harus diusahakan. Semakin ramai orang membicarakan ujian nasional, ia justru beralih pada hal lain, yaitu tentang bagaimana kehidupannya akan berlangsung setelah proses belajar di sekolah ini selesai. Saat itu memang beberapa guru sudah sering sekali mengingatkan tentang persiapan untuk melanjutkan kuliah dengan beberapa jalur, tapi yang ada dipikirannya bukanlah hanya tentang bagaimana masuk ke universitas. Dalam pikirannya adalah bagaimana ia dapat kuliah tanpa membebani kedua orangtua, bahkan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun bila perlu. Hingga pada suatu saat, seorang guru mata pelajaran Matematika yaitu pak Tulus Pamuji memberikan informasi tentang beasiswa Bidikmisi yang membuat ia tertarik untuk mengikuti beasiswa tersebut.
Persiapan ujian nasional terus berlangsung, disamping jam belajar yang ditambah Lilis juga mempersiapkan pendaftaran secara online untuk melanjutkan kuliah. Awal pendaftaran memang nyalinya agak menciut karena mendengar kabar sulitnya masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN,disamping karena nilai raport yang ia miliki juga tidak terlalu besar. Namun setelah berhasil mendaftar dan meminta restu dari orangtua, ia semakin yakin dan berdoa pada Allah agar diberikan hasil yang terbaik. Mengingat pesan guru mata pelajaran Al-qur’an hadist yang mengatakan “jika ingin sesuatu shalat hajat sebelum tidur dan baca surat As-sajdah setelahnya” ia pun mencoba istiqomah dalam meminta pada Allah SWT. Karena sejatinya yang terbaik untuknya mungkin saja bukan yang ia inginkan, ia selalu berdo’a agar hasil yang ia dapatkan adalah yang terbaik untuknya, keluarganya dan agamanya.
Ujian nasional telah ia lewati, ada waktu beberapa bulan untuk menunggu hasil ujian juga hasil seleksi. Ia memilih untuk diam dipondok dan mengejar ketertinggalan mengajinya selama ini. Setelah beberapa lama dipondok iya merasa bahwa ilmu agama yang ia miliki sungguh jauh tertinggal dibanding teman-teman sebayanya. Dalam benaknya berfikir untuk melanjutkan pesantren tanpa kuliah, selain itu harapan ia untuk lolos pun sepertinya kecil jika dilihat dari nilai yang ia miliki. Dia sangat bingung dan akhirnya memutuskan untuk pulang sejenak dan menanyakan perihal keputusannya pada orangtuanya. Sesampainya dirumah ia bertanya kepada orangtuanya,
“mi, kalo lilis pengen mesantren aja ga kuliah gimana?”
“Alhamdulillah, bapak lebih seneng membiayai anak yang pesantren dibanding sekolah, karena ilmunya sudah jelas buat apa.” Bapak menjawab
“neng kan udah daftar beasiswa, ikhtiarnya udah sekarang mah tinggal banyakin do’a dan minta sama Allah, umi sama bapak juga gak pernah diem liat anak belajar, pasti selalu mendoakan. Yang pasti mau neng kuliah ataupun pesantren, neng bisa jadi orang yang manfaat dunia akhirat.” Jawaban umi yang membuat hatinya jadi menjadi tenang. Namun, jawaban bapak membuatnya bingung harus memutuskan apa. Akhirnya dengan bismillah ia mengatakan kepada kedua orangtuanya.
“ yaudah pak, mi, kalo SNMPTN Lilis lulus dan Bidikmisinya juga lolos berarti lilis kuliah, tapi kalo Bidikmisinya gak lolos lilis mesantren aja ya mi.”
“ umi dukung apapun hasilnya” kalimat ini menjadi penutup diskusi saat itu.
Sekembalinya ke pesantren, ia kembali istiqomah memohonkan hajatnya sebelum tidur melalui shalat sunah hajat, ia meminta agar diberikan yang terbaik di pengumuman seleksi nanti. Yang harus ia yakini adalah bahwa yang terbaik itu bukan berarti lolos. 9 Mei 2015 adalah jadwal pengumuman seleksi, namun ia tak bisa mendapatkan info apapun karena dipesantren tak diperkenankan membawa alat komunikasi. Untuk mengetahui hasilnya ia harus menunggu sampai dengan hari senin agar dapat pergi kesekolah. Sebelum pergi kesekolah, minggu malam seperti biasa ia memohonkan hajat terbaiknya sebelum tidur, agar Allah menguatkan hatinya apapun hasil yang akan ia terima besok.
Senin, 11 mei 2015, kedatangannya digerbang sekolah disambut oleh beberapa teman dan mengucapkan selamat kepadanya. Risman, Herlina, Angga, dan Elanda yang saat itu menyambut kedatangannya meneriakan “Pajak dong lilis, pajak”, ia sempat bingun apa maksud mereka, namun tak lama elanda menyalaminya seraya berkata, “ selamet ya lolos SNMPTN di UNJ”. Perasaannya tak karuan, karena ia belum melihat hasilnya dengan mata kelapanya sendiri. Akhirnya ia menuju area wifi untuk menemui Desi yang membawa notebook untuk melihat hasilnya. Diperjalanan ia bertemu beberapa guru yang mengucapkan selamat kepadanya, hatinya semakin tak sabar membuka hasil pengumuman. Dan ternyata kartu hijau yang ada di akun SNMPTN nya bertuliskan “SELAMAT ANDA LOLOS SNMPTN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA” spontan ia memeluk Desi yang saat itu ada disampingnya. Hajat yang selama ini ia minta di dua rakaat sebelum tidur Allah bukakan pintu untuk menggapainya. Itulah kado terindah yang ia dapat dari keistiqomahannya.

NB : sebuah cerpen pengalaman pribadi, semoga bermanfaat. ingatlah ikhwahfillah, berdoalah pada Allah maka Allah akan mengabulkannya. keep istiqomah ikhwahfillah :-) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar