Istiqomah Berikan kado Terindah
Masa-masa
kelas XII memang selalu menjadi dilema bagi setiap pelajar SMA. Bukan hanya
dibingungkan oleh Ujian Nasional yang terdengar menyeramkan, tapi juga tentang
kemana kehidupan setelahnya akan mereka arahkan. Hal seperti ini pernah dialami
oleh seorang alumni Madrasah Aliyah Negeri yang bernama Lilis Komariah, yang
kala itu duduk di kelas XII IPA 2.
Semester
pertama dikelas XII dapat ia lewati dengan lancar, meskipun hasil yang didapat
tidak terlalu memuaskan karena saat itu Ia masih terfokus oleh beberapa
organisasi sekolah yang Ia ikuti. Sebenarnya kala itu ia mendapat teguran dari
beberapa guru agar berhenti mengurusi organisasi dan fokus ujian nasional.
Namun, Ia ingin masa berbaktinya di organisasi dapat Ia selesaikan secara
tuntas dan berakhir secara baik. Meskipun banyak waktu yang tersita karena hal
itu, ia tetap mampu berada di zona aman ketika raport semester pertama didapat.
Di
semester kedua Ia merasakan dilema yang sangat membingungkan pikirannya. Ujian
nasional sudah jadi kata tak asing bagi kelas dua belas dan Ia pun berfikir itu
bukanlah sesuatu yang harus dibingungkan tapi itu harus diusahakan. Semakin
ramai orang membicarakan ujian nasional, ia justru beralih pada hal lain, yaitu
tentang bagaimana kehidupannya akan berlangsung setelah proses belajar di
sekolah ini selesai. Saat itu memang beberapa guru sudah sering sekali
mengingatkan tentang persiapan untuk melanjutkan kuliah dengan beberapa jalur,
tapi yang ada dipikirannya bukanlah hanya tentang bagaimana masuk ke
universitas. Dalam pikirannya adalah bagaimana ia dapat kuliah tanpa membebani
kedua orangtua, bahkan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun bila perlu. Hingga
pada suatu saat, seorang guru mata pelajaran Matematika yaitu pak Tulus Pamuji
memberikan informasi tentang beasiswa Bidikmisi yang membuat ia tertarik untuk
mengikuti beasiswa tersebut.
Persiapan
ujian nasional terus berlangsung, disamping jam belajar yang ditambah Lilis
juga mempersiapkan pendaftaran secara online untuk melanjutkan kuliah. Awal
pendaftaran memang nyalinya agak menciut karena mendengar kabar sulitnya masuk
perguruan tinggi negeri melalui jalur SNMPTN,disamping karena nilai raport yang
ia miliki juga tidak terlalu besar. Namun setelah berhasil mendaftar dan
meminta restu dari orangtua, ia semakin yakin dan berdoa pada Allah agar
diberikan hasil yang terbaik. Mengingat pesan guru mata pelajaran Al-qur’an
hadist yang mengatakan “jika ingin sesuatu shalat hajat sebelum tidur dan baca
surat As-sajdah setelahnya” ia pun mencoba istiqomah dalam meminta pada Allah SWT.
Karena sejatinya yang terbaik untuknya mungkin saja bukan yang ia inginkan, ia
selalu berdo’a agar hasil yang ia dapatkan adalah yang terbaik untuknya,
keluarganya dan agamanya.
Ujian
nasional telah ia lewati, ada waktu beberapa bulan untuk menunggu hasil ujian
juga hasil seleksi. Ia memilih untuk diam dipondok dan mengejar ketertinggalan
mengajinya selama ini. Setelah beberapa lama dipondok iya merasa bahwa ilmu
agama yang ia miliki sungguh jauh tertinggal dibanding teman-teman sebayanya.
Dalam benaknya berfikir untuk melanjutkan pesantren tanpa kuliah, selain itu
harapan ia untuk lolos pun sepertinya kecil jika dilihat dari nilai yang ia
miliki. Dia sangat bingung dan akhirnya memutuskan untuk pulang sejenak dan
menanyakan perihal keputusannya pada orangtuanya. Sesampainya dirumah ia
bertanya kepada orangtuanya,
“mi,
kalo lilis pengen mesantren aja ga kuliah gimana?”
“Alhamdulillah,
bapak lebih seneng membiayai anak yang pesantren dibanding sekolah, karena
ilmunya sudah jelas buat apa.” Bapak menjawab
“neng
kan udah daftar beasiswa, ikhtiarnya udah sekarang mah tinggal banyakin do’a
dan minta sama Allah, umi sama bapak juga gak pernah diem liat anak belajar,
pasti selalu mendoakan. Yang pasti mau neng kuliah ataupun pesantren, neng bisa
jadi orang yang manfaat dunia akhirat.” Jawaban umi yang membuat hatinya jadi
menjadi tenang. Namun, jawaban bapak membuatnya bingung harus memutuskan apa.
Akhirnya dengan bismillah ia mengatakan kepada kedua orangtuanya.
“
yaudah pak, mi, kalo SNMPTN Lilis lulus dan Bidikmisinya juga lolos berarti
lilis kuliah, tapi kalo Bidikmisinya gak lolos lilis mesantren aja ya mi.”
“
umi dukung apapun hasilnya” kalimat ini menjadi penutup diskusi saat itu.
Sekembalinya
ke pesantren, ia kembali istiqomah memohonkan hajatnya sebelum tidur melalui
shalat sunah hajat, ia meminta agar diberikan yang terbaik di pengumuman
seleksi nanti. Yang harus ia yakini adalah bahwa yang terbaik itu bukan berarti
lolos. 9 Mei 2015 adalah jadwal pengumuman seleksi, namun ia tak bisa
mendapatkan info apapun karena dipesantren tak diperkenankan membawa alat
komunikasi. Untuk mengetahui hasilnya ia harus menunggu sampai dengan hari
senin agar dapat pergi kesekolah. Sebelum pergi kesekolah, minggu malam seperti
biasa ia memohonkan hajat terbaiknya sebelum tidur, agar Allah menguatkan
hatinya apapun hasil yang akan ia terima besok.
Senin,
11 mei 2015, kedatangannya digerbang sekolah disambut oleh beberapa teman dan
mengucapkan selamat kepadanya. Risman, Herlina, Angga, dan Elanda yang saat itu
menyambut kedatangannya meneriakan “Pajak dong lilis, pajak”, ia sempat bingun
apa maksud mereka, namun tak lama elanda menyalaminya seraya berkata, “ selamet
ya lolos SNMPTN di UNJ”. Perasaannya tak karuan, karena ia belum melihat
hasilnya dengan mata kelapanya sendiri. Akhirnya ia menuju area wifi untuk
menemui Desi yang membawa notebook untuk melihat hasilnya. Diperjalanan ia
bertemu beberapa guru yang mengucapkan selamat kepadanya, hatinya semakin tak
sabar membuka hasil pengumuman. Dan ternyata kartu hijau yang ada di akun
SNMPTN nya bertuliskan “SELAMAT ANDA LOLOS SNMPTN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA” spontan ia memeluk Desi yang saat itu ada
disampingnya. Hajat yang selama ini ia minta di dua rakaat sebelum tidur Allah
bukakan pintu untuk menggapainya. Itulah kado terindah yang ia dapat dari
keistiqomahannya.
NB : sebuah cerpen pengalaman pribadi, semoga bermanfaat. ingatlah ikhwahfillah, berdoalah pada Allah maka Allah akan mengabulkannya. keep istiqomah ikhwahfillah :-)